denting mengiring kau ke labuhan terjauh,
tubuhmu yang puisi, melintasi waktu yang lebih dari pada kemarin,
lusa,
atau kini
— menjadikannya lebih dari sekadar pernah,
lebih dari sekadar ada,
melampaui tiada.
semesta menitikkan kesedihannya sekali lagi,
dititipkan kesedihannya itu pada embun
yang tumbuh dari dalam ribuan ceruk pasang mata,
menghamburkannya pada dedaunan gugur,
merambatkannya pada alir air yang menuju ke hilir,
hingga tibalah ia pada desir perjumpaan lain
yang mengecup takdir dengan perangai lembutnya.
Pagi ini beranda sosial media saya dipenuhi ucapan belasungkawa atas kepergian salah satu penyair besar negeri ini.
Bagi saya pribadi, pertemuan tak lebih dari 5 kali dengan interaksi singkat dan seperlunya — seharusnya tidak sampai membuat dada saya sesak seperti yang saya rasakan saat ini.
di kulkas masih ada bisikan-bisikan rahasiamu, tersimpan dalam botol-botol waktu.
swargi langgeng, pak de Jokpin. 🥀